Senin, 11 Juni 2012

Laporan Keuangan Pada Perusahaan Dagang


Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari akuntansi untuk perusahaan jasa dengan menerapkan satu siklus akuntansi secara menyeluruh, mulai dari pencatatan transaksi sampai dengan menyusun laporan keuangan dan menyiapkan neraca saldo setelah penutupan. Tidak berbeda dengan perusahaan jasa, tahapan akuntansi perusahaan dagangpun sama dengan tahapan siklus akuntansi untuk perusahaan jasa. Namun yang perlu lebih diperhatikan adalah penggunaan akun dan ayat jurnal pada perusahaan dagang lebih kompleks dari pada perusahaan jasa.


 
Perusahaan dagang memiliki kegiatan utama membeli dan kemudian menjual barang dagangan. Perusahaan dagang dibedakan menjadi dua, yaitu perusahaan dagang besar (grosir) yang membeli barang dari pabrik dan
menjual kepada perusahaan dagang pengecer, Kegiatan utama perusahaan dagang adalah membeli dan menjual barang dagangan dan perusahaan dagang kecil atau pengecer yang membeli barang dari grosir kemudian dijual kepada pelanggan perorangan dengan harga eceran. Contoh: toko baju, toko sepatu, swalayan, toserba dan lain-lain.
Barang dagangan yang belum terjual pada akhir periode akuntansi disebut persediaan barang dagangan (merchandhise inventory), yang akan dilaporkan di neraca sebagai aset lancar.
Jenis laporan keuangan yang harus dibuat oleh semua perusahaan pada
dasarnya sama, yaitu terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Namun, yang perlu kita perhatikan adalah karena adanya perbedaan sifat perusahaannya, maka tentu saja kompleksitas laporan keuangan dagang tidak akan sama dengan laporan keuangan perusahaan jasa. Pada perusahaan jasa, penyusunan laporan keuangan relatif lebih sederhana dari pada penyusunan laporan keuangan di perusahaan dagang.

Klasifikasi Akun-akun pada Perusahaan Dagang
 
1.    Aktiva. Akun-akun dari perusahaan dagang yang khas, misalnya, piutang dagang, persediaan barang dagang, dan bangunan toko.
2.    Kewajiban. Akun kewajiban yang khas dari pembukuan perusahaan dagang, misalnya, utang dagang.
3.    Ekuitas. Oleh karena faktor yang mempengaruhi ekuitas adalah struktur permodalan maka tidak ada akun kelompok ekuitas yang khas untuk perusahaan dagang.
4.    Pendapatan penjualan baraang dagang. Kelompok ini digunakan untuk mencatat pendapatan dari penjualan barang dagang.
5.    Harga pokok untuk penjualan.  Akun-akun kelompok ini digunakan untuk membukukan harga pokok barang dagang yang telah dijual. Sesuai prinsip harga perolehan, harga pokok barang dagang meliputi pembelian/harga beli serta beban-beban lainnyaguna mendapatkan barang-barang tersebuthingga siap dijual, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar.
6.    Beban usaha/operasional. Akun-akun kelompok ini digunakan untuk mencatat/membukukan macam-macam beban usaha. Secaraumum, beban usaha dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu beban penjualan, beban umum, dan administrasi.
7.    Pendapatan lain-lain/di luar usaha. Kelompok ini meliputi akun-aku yang digunakan untuk mencatat membukukan pendapatan yang bukan dari usaha perdagangan. Misalnya, pendapatan bunga, sewa dan deviden.
8.    Beban lain-lain. Kelompok ini meliputi akun-akun yang digunakan untuk mencatat/membukukan beban yang tidak berhubungan dengan kegiatan perdagangan. Misalnya, beban bunga dan kerugianpenjualan aktiva tetap.

Setiap akhir periode akuntansi setiap perusahaan menyusun laporan keuangan, baik perusahaan dagang, jasa, maupun industri, baik yang bersifat perusahaan perseorangan, gabungan atau perseroan.
1. Laporan Laba Rugi
2. Neraca
3. Laporan Perubahan Modal/ Ekuitas
4. Laporan arus Kas
5. Tambahan Lain yang Diperlukan oleh Perusahaan


Beberapa kesamaan dan perbedaan bentuk laporan keuangannya antara perusahaan perorangan dengan perseroan dapat dilihat dalam link berikut:
Perbedaan Laporan Keuangan Perusahaan Perorangan dan Perseroan



Harga Pokok Penjualan (HPP)

1. Pengertian Harga Pokok Penjualan.
Yang dimaksud dengan harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual.

Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan.
1. Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.
2. Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian.

2. Rumus Menghitung Penjualan Bersih.
Penjualan dalam perusahaan dagang sebagai salah satu unsur dari pendapatan Perusahaan. Unsur-unsur dalam penjualan bersih terdiri dari:
- penjualan kotor;
- retur penjualan;
- potongan penjualan;
- penjualan bersih.
Untuk mencari penjualan besih adalah sebagai berikut:
Penjualan bersih = penjualan kotor – retur penjualan – potongan penjualan.

Contoh:
Diketahui penjualan Rp. 25.000.000,-
Retur penjualan Rp. 125.000,-
Potongan penjualan Rp. 150.000,-
Hitunglah penjualan bersih!
Penjulan bersih = Rp. 25.000.000,- – Rp. 125.000,- – Rp. 150.000,- = Rp. 24.725.000,-

3. Rumus Menghitung Pembelian Bersih.
Pembelian bersih adalah sebagai salah satu unsur dalam menghitung harga pokok penjualan.
Unsur-unsur untuk menghitung pembelian bersih terdiri dari:
- pembelian kotor;
- biaya angkut pembelian;
- retur pembelian dan pengurangan harga;
- retur pembelian;
- potongan pembelian.
Untuk menghitung pembelian bersih dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pembelian bersih = pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian – potongan pembelian.

4. Rumus Menghitung Harga Pokok Penjualan.
Untuk menghitung harga pokok penjualan harus diperhatikan terlebih dahulu unsur-unsur yang berhubungan dengan harga pokok penjualan.
Unsur-unsur itu antara lain:
- persediaan awal barang dagangan;
- pembelian;
- biaya angkut pembelian;
- retur pembelian dan pengurangan harga;
- potongan pembelian

Rumus harga pokok penjualan:
HPP = Persediaan awal barang dagangan + pembelian bersih – persediaan akhir
HPP = Barang yang tersedia untuk dijual – persediaan akhir

Keterangan :
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal barang dagangan + pembelian bersih.
Pembelian bersih = Pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian – potongan pembelian.
Atau
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal + pembelian + beban angkut
Pembelian – retur pembelian – potongan pembelian.
Persediaan akhir barang yang tersedia (dikuasai) pada akhir periode akuntansi.
Untuk menghitung Harga Pokok Penjualan.
Perhatikan bagan di bawah ini.




Minggu, 10 Juni 2012

Sistem Pencatatan Persediaan


Sistem Pencatatan Persediaan

Ada dua sistem untuk mencatat transaksi yang mempengaruhi nilai persediaan barang dagang:
1.    Sistem Periodik
Dalam sistem periodik (physical system), pencatatan persediaan barang dagang hanya dilakukan pada akhir periode. Pembelian dan penjualan dicatat dalam akun pembelian dan penjualan. Pengambilan barang untuk keperluan pribadi dicatat akun prive dan akun penjualan disisi kredit sebesar harga pokok.

2.    Sistem Permanen
Dalam sistem permanen (perpetual system), pencatatan atas persediaan barang dagang yang dilakukan secara kontinyu atau terus menerus, yaitu setiap transaksi yang mempengaruhi persediaan barang dagang dicatat kedalam akun persediaan barang dagang. Perhatikan beberapa transaksi berikut ini:

a.      Pembelian Barang Dagang
Pembelian barang dagang tidak dicatat diakun persediaan barang dagang, tetapi disisi debit akun pembelian dan disisi kredit akun utang usaha/kas. Akun pembelian digunakan untuk menampung transaksi pembelian barang dagang, baik tunai maupun kredit. Misalnya:
1)      Tanggal 2 januari 2010 dibeli tunai dari PT. Aji Jaya barang dagangan Rp. 900.000,00
2)      Tanggal 8 januari 2010 dibeli secara kredit dari PT.Jaya Abadi, barang dagang senilai Rp.1.500.000,00 (faktur no.21).
Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal:
Jan    2     Pembelian                Rp. 1.900.000,-
                        Kas                            Rp. 1.900.000,-
         8     Pembelian                Rp. 1.500.000,-
                       Utang Dagang          Rp. 1.500.000,-

b.      Pembayaran Beban Angkut Pembelian
Pembayaran beban angkut pembelian dicatat disisi debit akun beban angkut pembelian dan disisi kredit akun kas. Missal tanggal 10 januari 2010 dibayar beban angkut pembelian barang tanggal 8 januari 2010 senilai Rp.60.000,-. Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal
      Jan    10   Beban angkut pembelian     Rp. 60.000,-
                              Kas                                       Rp. 60.000,-

c.       Pengembalian Barang yang Dibeli (Retur Pembelian)
Kadang-kadang barang yang dibeli ada sebagian yang rusak atau mutunya tidak sesuai dengan pesanan. Barang tersebut biasanya dikembalikan kepada penjual. Akibatnya utang usaha berkurang atau utang yang telah dibayar dikembalikan sebagian. Kejadian tersebut dicatat dalam retur pembelian dan pengurangan harga disisi kredit atau utang usaha disisi debit. Misalnya tanggal 12 januari 2010 dikirim kembali kepada PT.Jaya Abadi, barang yang dibeli tanggal 8 januari 2010 senilai Rp. 100.000,-
Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal:
      Jan    12   Utang dagang                      Rp. 100.000,-
                             Retur pembelian                  Rp. 100.000,-

d.      Penjualan Barang Dagang
Penjualan barang dagang dicatat disisi debit akun kas/piutang usaha dan sisi kredit akun penjualan. Akun penjualan digunakan untuk mencatat transaksi penjualan barang dagang, baik tunai maupun kredit. Misalnya:
1)      Tanggal 15 januari 2010 dijual tunai kepada Fa.Sejati, barang dagang Rp. 800.000,-
2)      Tanggal 8 januari 2010 dijual secara kredit kepada Fa.Sejahtera barang dagang senilai Rp. 1.200.000,- (faktur no.004)
Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal:
      Jan    15   Kas                                        Rp.1.800.000,-
                              Penjualan                             Rp.1.800.000,-
               20   Piutang dagang                    Rp.1.200.000,-
                              Penjualan                             Rp.1.200.000,-

e.      Pembayaran Beban Angkut Penjualan
Pembayaran beban angkut barang yang dijual dicatat disisi akun beban angkut penjualan dan sisi kredit akun kas. Misalnya, tanggal 24 januari 2010 dibayar beban angkut penjualan barang tanggal 20 januari 2010 Rp. 50.000,00. Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal:
      Jan    24   Beban angkut penjualan      Rp.50.000,-
                              Kas                                       Rp.50.000,-

f.        Pengembalian Barang yang Dijual
Kadang-kadang barang yang dijual ada sebagian yang dikembalikan karena rusak atau karena mutunya kurang baik. Kejadian tersebut akan dicatat pada sisi debit akun retur penjualan dan pengurangan harga dan sisi kredit akun piutang usaha. Misalnya, tanggal 25 januari 2010 diterima kembali dari Fa.Sejahtera, barang yang dijual tanggal 20 januari 2010 senilai Rp.100.000,-. Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal:
      Jan    25   Retur penjualan                   Rp.100.000,-
                              Piutang dagang                    Rp.100.000,-