Pada bab sebelumnya kita telah
mempelajari akuntansi untuk perusahaan jasa dengan menerapkan satu siklus
akuntansi secara menyeluruh, mulai dari pencatatan transaksi sampai dengan menyusun
laporan keuangan dan menyiapkan neraca saldo setelah penutupan. Tidak berbeda
dengan perusahaan jasa, tahapan akuntansi perusahaan dagangpun sama dengan tahapan
siklus akuntansi untuk perusahaan jasa. Namun yang perlu lebih diperhatikan
adalah penggunaan akun dan ayat jurnal pada perusahaan dagang lebih kompleks
dari pada perusahaan jasa.
Perusahaan dagang memiliki kegiatan utama
membeli dan kemudian menjual barang dagangan. Perusahaan dagang dibedakan
menjadi dua, yaitu perusahaan dagang besar (grosir) yang membeli barang dari
pabrik dan
menjual kepada perusahaan dagang pengecer, Kegiatan
utama perusahaan dagang adalah membeli dan menjual barang dagangan dan
perusahaan dagang kecil atau pengecer yang membeli barang dari grosir kemudian
dijual kepada pelanggan perorangan dengan harga eceran. Contoh: toko baju, toko sepatu, swalayan, toserba
dan lain-lain.
Barang dagangan yang belum terjual pada
akhir periode akuntansi disebut persediaan barang dagangan (merchandhise inventory), yang akan
dilaporkan di neraca sebagai aset lancar.
Jenis laporan keuangan yang harus dibuat
oleh semua perusahaan pada
dasarnya sama, yaitu terdiri dari laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan neraca, laporan arus kas dan catatan
atas laporan keuangan. Namun, yang perlu kita perhatikan adalah karena adanya
perbedaan sifat perusahaannya, maka tentu saja kompleksitas laporan keuangan
dagang tidak akan sama dengan laporan keuangan perusahaan jasa. Pada perusahaan
jasa, penyusunan laporan keuangan relatif lebih sederhana dari pada penyusunan
laporan keuangan di perusahaan dagang.
Klasifikasi Akun-akun pada Perusahaan Dagang
1.
Aktiva. Akun-akun dari perusahaan dagang yang khas,
misalnya, piutang dagang, persediaan barang dagang, dan bangunan toko.
2. Kewajiban. Akun kewajiban yang khas dari pembukuan perusahaan
dagang, misalnya, utang dagang.
3.
Ekuitas. Oleh karena faktor yang mempengaruhi
ekuitas adalah struktur permodalan maka tidak ada akun kelompok ekuitas yang
khas untuk perusahaan dagang.
4.
Pendapatan penjualan baraang dagang. Kelompok ini digunakan untuk mencatat
pendapatan dari penjualan barang dagang.
5.
Harga pokok untuk penjualan. Akun-akun kelompok ini digunakan untuk
membukukan harga pokok barang dagang yang telah dijual. Sesuai prinsip harga
perolehan, harga pokok barang dagang meliputi pembelian/harga beli serta
beban-beban lainnyaguna mendapatkan barang-barang tersebuthingga siap dijual,
baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar.
6.
Beban usaha/operasional. Akun-akun kelompok ini digunakan untuk
mencatat/membukukan macam-macam beban usaha. Secaraumum, beban usaha dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu beban penjualan, beban umum, dan
administrasi.
7.
Pendapatan lain-lain/di luar usaha. Kelompok ini meliputi akun-aku yang
digunakan untuk mencatat membukukan pendapatan yang bukan dari usaha
perdagangan. Misalnya, pendapatan bunga, sewa dan deviden.
8.
Beban lain-lain. Kelompok ini meliputi akun-akun yang
digunakan untuk mencatat/membukukan beban yang tidak berhubungan dengan
kegiatan perdagangan. Misalnya,
beban bunga dan kerugianpenjualan aktiva tetap.
1. Laporan Laba Rugi
2. Neraca
3. Laporan Perubahan Modal/ Ekuitas
4. Laporan arus Kas
5. Tambahan Lain yang Diperlukan oleh Perusahaan
Beberapa kesamaan dan perbedaan bentuk laporan keuangannya antara perusahaan perorangan dengan perseroan dapat dilihat dalam link berikut:
Perbedaan Laporan Keuangan Perusahaan Perorangan dan Perseroan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar