Selasa, 17 Juli 2012

Jurnal Khusus


Jurnal khusus adalah jurnal yang secara khusus digunakan untuk mencatat transaksi sejenis yang terjadi berulang-ulang khususnya diperusahaan dagang. Prinsip pendebetan dan perkreditan jurnal khusus pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada jurnal umum. Perbedaannya, akun-akun pada jurnal khusus dibuat berkelompok. 

Macam dan Bentuk Jurnal Khusus
Ada beberapa macam jurnal khusus yang senantiasa dipergunakan dalam perusahaan yang merupakan kelompok dari transaksi-transaksi sejenis dan sering terjadi. Jurnal khusus tersebut adalah:
a. Jurnal Khusus Penerimaan Kas.
Seluruh transaksi yang menyebabkan bertambahnya junlah uang kas dicatat dalam jurnal penerimaan kas. Transaksi yang menambah jumlah uang kas, antara lain: transaksi penjualan tunai, potongan penjualan, penerimaan piutang dagang, dan pemerimaan uang kas dari para pemilik sebagai setoran modal. 
b. Jurnal Khusus Pengeluaran Kas.
            Seluruh transaksi yang menyebabkan berkurangnya kas perusahaan dicatat dalam jurnal pengeluaran kas antara lain: pembelian secara tunai, pembayaran beban, pembayaran utang, pengambilan prive. 
c. Jurnal Khusus Penjualan.
      Jurnal penjualan digunakan khusus untuk mencatat penjualan–penjualan barang dagangan secara kredit. Transaksi yang dicatat hanya ada dua, yaitu penjualan dan piutang dagang.

d. Jurnal Khusus Pembelian.
            Jurnal pembelian digunakan untuk mencatat seluruh transaksi pembelian, baik pembelian barang dagangan, maupun pembelian aktiva lain yang dilakukan secara kredit. 

e. Jurnal Khusus/Memorial.
f. Jurnal Umum



BUKU BESAR PEMBANTU
Pada perusahaan skala besar dan transaksi yang sangat banyak, penyusunan sistem pencatatan yang mampu menjangkau dan mengawasi jalannya operasi sangat diperlukan. Buku besar merupakan bagian siklus akuntansi yang harus dilakukan. Buku besar akan memberikan informasi mengenai saldo-saldo dari akun-akun di dalam perusahaan.
Karena kompleksitasnya maka buku besar dibagi dua yaitu: buku besar umum dan buku besar pembantu. Buku besar umum akan memuat data-data akuntansi secara garis besar, sedang buku besar pembantu memuat rincian dari buku besar umum. Buku besar pembantu ada dua yaitu: buku besar piutang dagang dan buku besar utang dagang.
Antara buku besar umum dan buku besar pembantu pada setiap bulan harus dicocokkan apakah keduanya menunjukkan saldo yang sama. Saldo akun buku besar harus sama dengan saldo akun pembantunya. Jika ada perbedaan harus
segera ditentukan saldo mana yang benar di antara keduanya.

Macam-Macam Buku Pembantu Untuk Perusahaan Dagang:
1.    Buku besar pembantu piutang (buku piutang)

2.    Buku besar pembantu utang (buku utang)

3.    Buku besar pembantu persediaan (buku persediaan)
Untuk mengadakan pengawasan terhadap persediaan barang dagang, sebaiknya dibuat buku besar pembantu persediaan atau kartu stok. Buku besar pembantu persediaan merupakan kumpulan dari kartu stok. Kartu stok adalah kartu atau formulir yang digunakan untuk mencatat setiap pemasukan atau pengeluaran barang secara rinci.lembar kartu stok digunakan untuk mencatat satu macam barang.
Nama Barang                                                                         No :
Tanggal
Keterangan
Masuk
Keluar
Saldo










Cara mengisi buku besar pembantu persediaan seperti berikut ini.
a.    Nama barang, diisi nama barang yang dicatat pada kartu stok
b.    Nomor, diisi nomor kode persediaan barang
c.    Tanggal, diisi dengan tanggal terjadinya pemasukan atau pengeluaran
d.   Keterangan, diisi keterangan singkat alas an terjadinya mutasi (pamasukan dan pengeluaran barang)
e.    Masuk, diisi kuantitas barang yang diterima/masuk
f.     Keluar, diisi kuantitas barang yang keluar
g.    Saldo, diisi kuantitas saldo barang


Transaksi Perusahaan Dagang



Transaksi perusahaan dagang yang sering terjadi dibagi menjadi empat, yaitu pembelian, pengeluaran kas, penjualan, dan penerimaan kas.

a. Pembelian
Transaksi pembelian hanya meliputi pembelian barang dagangan, yaitu barang yang akan dijual kembali kepada pelanggan. Transaksi pembelian ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut.

1) Beban Angkut Pembelian
Beban angkut pembelian akan menambah nilai pembelian. Pencatatan pengeluaran untuk beban angkut bergantung pada syarat penyerahan barang yang telah disepakati. Syarat penyerahan barang yang biasa digunakan, di antaranya FOB shipping point dan FOB destination point.
a)       Free on Board Shipping Point/FOB Shipping Point
Berdasarkan syarat ini, pihak pembeli menanggung biaya angkut pengiriman barang dari gudang penjual sampai ke gudang pembeli.
b)       Free on Board Destination Point/FOB Destination Point
Berdasarkan syarat ini, pihak penjual menanggung beban angkut pengiriman barang dari gudang penjual sampai ke gudang pembeli.

2) Potongan Tunai Pembelian
Potongan tunai pembelian akan mengurangi jumlah pembe lian. Perusahaan akan mendapatkan potongan tunai pembelian pada saat membeli barang dagangan atau barang lainnya secara tunai atau membayar utang dagang sesuai dengan syarat pembayaran yang telah disepakati. 
Misalnya, syarat pembayarannya 3/10, n/60. Angka 3 menunjukkan besarnya potongan (dalam persen), 10 menunjukkan lamanya waktu pembayaran yang mendapatkan potongan sejak tanggal terjadinya transaksi, dan n/60 menunjukkan jangka waktu pelunasan. Dengan demikian, syarat 3/10, n/60 berarti akan mendapat potongan sebesar 3%, jika pembayaran dilakukan dalam jangka waktu 10 hari atau kurang dari 10 hari sejak terjadinya transaksi dan jangka waktu pelunasannya selama 60 hari.

3) Retur Pembelian dan Pengurangan Harga
Retur pembelian dan pengurangan harga akan mengurangi nilai pembelian barang dagangan. Transaksi retur pembelian dan pengurangan harga terjadi pada saat barang yang dipesan tidak sesuai dengan pesanan. Jika ada barang yang tidak sesuai dengan
pesanan atau rusak, perusahaan yang membeli dapat mengembalikan barang tersebut kepada penjual. Selanjutnya, transaksi tersebut dicatat dalam akun retur pembelian dan pengurangan harga.

b. Pengeluaran Kas
Jika waktu pembayaran sudah jatuh tempo, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah kas untuk melunasi utang tersebut. Selain itu, perusahaan juga akan mengeluarkan sejumlah kas untuk membeli barang dagangan dan membeli barang atau jasa lain secara tunai.

c. Penjualan
Transaksi penjualan hanya meliputi penjualan barang dagangan. Transaksi penjualan ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut.

1) Potongan Tunai Penjualan
Potongan tunai penjualan akan mengurangi jumlah penjualan. Perusahaan akan memberikan potongan tunai penjualan pada saat menjual barang dagangan secara tunai dengan syarat-syarat tertentu atau menerima pelunasan piutang dagang sesuai dengan syarat pembayaran yang telah disepakati.

2) Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
Retur penjualan dan pengurangan harga akan mengurangi nilai penjualan. Pengiriman barang dagangan tidak selamanya berjalan dengan baik. Barang dagangan bisa saja mengalami kerusakan dalam perjalanan atau tidak sesuai dengan yang di pesan sehingga mungkin saja pembeli mengembalikan barang yang rusak tersebut dan perusahaan harus menerimanya.

d. Penerimaan Kas
Perusahaan akan menerima sejumlah kas pada saat pelanggan membayar utangnya kepada perusahaan dan menjual barang dagangan atau barang lainnya secara tunai. Perusahaan juga akan menerima kas dari kegiatan lain di luar usaha pokok perusahaan. Misalnya, penerimaan kas dari pendapatan bunga.

Senin, 11 Juni 2012

Laporan Keuangan Pada Perusahaan Dagang


Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari akuntansi untuk perusahaan jasa dengan menerapkan satu siklus akuntansi secara menyeluruh, mulai dari pencatatan transaksi sampai dengan menyusun laporan keuangan dan menyiapkan neraca saldo setelah penutupan. Tidak berbeda dengan perusahaan jasa, tahapan akuntansi perusahaan dagangpun sama dengan tahapan siklus akuntansi untuk perusahaan jasa. Namun yang perlu lebih diperhatikan adalah penggunaan akun dan ayat jurnal pada perusahaan dagang lebih kompleks dari pada perusahaan jasa.


 
Perusahaan dagang memiliki kegiatan utama membeli dan kemudian menjual barang dagangan. Perusahaan dagang dibedakan menjadi dua, yaitu perusahaan dagang besar (grosir) yang membeli barang dari pabrik dan
menjual kepada perusahaan dagang pengecer, Kegiatan utama perusahaan dagang adalah membeli dan menjual barang dagangan dan perusahaan dagang kecil atau pengecer yang membeli barang dari grosir kemudian dijual kepada pelanggan perorangan dengan harga eceran. Contoh: toko baju, toko sepatu, swalayan, toserba dan lain-lain.
Barang dagangan yang belum terjual pada akhir periode akuntansi disebut persediaan barang dagangan (merchandhise inventory), yang akan dilaporkan di neraca sebagai aset lancar.
Jenis laporan keuangan yang harus dibuat oleh semua perusahaan pada
dasarnya sama, yaitu terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Namun, yang perlu kita perhatikan adalah karena adanya perbedaan sifat perusahaannya, maka tentu saja kompleksitas laporan keuangan dagang tidak akan sama dengan laporan keuangan perusahaan jasa. Pada perusahaan jasa, penyusunan laporan keuangan relatif lebih sederhana dari pada penyusunan laporan keuangan di perusahaan dagang.

Klasifikasi Akun-akun pada Perusahaan Dagang
 
1.    Aktiva. Akun-akun dari perusahaan dagang yang khas, misalnya, piutang dagang, persediaan barang dagang, dan bangunan toko.
2.    Kewajiban. Akun kewajiban yang khas dari pembukuan perusahaan dagang, misalnya, utang dagang.
3.    Ekuitas. Oleh karena faktor yang mempengaruhi ekuitas adalah struktur permodalan maka tidak ada akun kelompok ekuitas yang khas untuk perusahaan dagang.
4.    Pendapatan penjualan baraang dagang. Kelompok ini digunakan untuk mencatat pendapatan dari penjualan barang dagang.
5.    Harga pokok untuk penjualan.  Akun-akun kelompok ini digunakan untuk membukukan harga pokok barang dagang yang telah dijual. Sesuai prinsip harga perolehan, harga pokok barang dagang meliputi pembelian/harga beli serta beban-beban lainnyaguna mendapatkan barang-barang tersebuthingga siap dijual, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar.
6.    Beban usaha/operasional. Akun-akun kelompok ini digunakan untuk mencatat/membukukan macam-macam beban usaha. Secaraumum, beban usaha dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu beban penjualan, beban umum, dan administrasi.
7.    Pendapatan lain-lain/di luar usaha. Kelompok ini meliputi akun-aku yang digunakan untuk mencatat membukukan pendapatan yang bukan dari usaha perdagangan. Misalnya, pendapatan bunga, sewa dan deviden.
8.    Beban lain-lain. Kelompok ini meliputi akun-akun yang digunakan untuk mencatat/membukukan beban yang tidak berhubungan dengan kegiatan perdagangan. Misalnya, beban bunga dan kerugianpenjualan aktiva tetap.

Setiap akhir periode akuntansi setiap perusahaan menyusun laporan keuangan, baik perusahaan dagang, jasa, maupun industri, baik yang bersifat perusahaan perseorangan, gabungan atau perseroan.
1. Laporan Laba Rugi
2. Neraca
3. Laporan Perubahan Modal/ Ekuitas
4. Laporan arus Kas
5. Tambahan Lain yang Diperlukan oleh Perusahaan


Beberapa kesamaan dan perbedaan bentuk laporan keuangannya antara perusahaan perorangan dengan perseroan dapat dilihat dalam link berikut:
Perbedaan Laporan Keuangan Perusahaan Perorangan dan Perseroan